Dosa diumpamakan dengan
berikut :
Saya punya racun dan saya
berikan kepada 3 orang. Orang pertama menerima racun lalu memakannya. Sudah
pasti keracunan karena tubuhnya memproses racun tersebut. Orang kedua menerima,
memakan, namun karena dirasa tak enak, dilepehkan (dimuntahkan) kembali. Dan
orang yang ketiga sama sekali tidak menerima malah pergi menjauh.
Manusia terkadang
seperti orang yang pertama, sudah tahu salah, sudah tahu dosa, tetap dilakukan.
Sehingga tubuh dan jiwanya tersiksa akibat ulah sendiri. Contoh : Korupsi
suportif. Lho kok korupsi ada suportif-suportif segala? Ya emang ada! Atasan
korupsi bawahan juga ikut. Itu dia, sudah tahu racun, tetap dimakan juga.
Tak jarang pula kita
menjadi orang kedua. Namun biasanya, ada orang kedua yang cenderung ke orang
pertama dan tak jarang juga orang kedua cenderung ke orang ketiga, kadar
imannya bisa kita katakan setengah-setengah. Sudah tahu racun dimakan pula, gak
enak, dilepehkan. Itu menandakan orang-orang yang cepat bertobat dan sadar akan
kesalahan. Tapi ada orang yang sadar, namun sayang seribu sayang, tetap ditelan
juga dengan alasan, “tanggung hihhihihi..... (ketawa gak bersalah)”
Type orang ketiga type
yang paling sulit ditemukan zaman sekarang tapi tetap masih banyak peminatnya.
Orang yang lebih milih madu ketimbang racun. Yailah udah kayak lagu aja :v
orang-orang seperti inilah yang awalnya dijauhin orang lain tapi akhirnya
duluan dapat mahkota dari Tuhan. Namun sayang, sedikit orang-orang seperti ini.
Dalam Alkitab dan
Gereja diajarkan untuk menjadi murni. Murni dari tindakan kejahatan walau
sering buat dosa terselubung misalnya ngintipin kucing tetangga mandi dan lain
sebagainya. Dalam Gereja Katolik kita tercinta, kita difasilitasi untuk
bermaaf-maafan dengan Allah (udah kayak lebaran aja) sehingga gak ada alasan
kita untuk mati ‘selama-lamanya’ kalau perlu gak mati-mati tapi tersiksa –aishh
kejamnya-. Dalam Alkitab kita juga diminta mengaku dosa. Kepada siapa? Masa
kepada pastor/romo yang notabenenya seorang manusia biasa pendosa juga. Iya
emang pendosa juga, tapi beliau-beliau kan In Persona Christi (ayo, apa masih
ingat sama pelajaran seminari tingkat 3 kemarin?) Yapss.... In Persona Christi
adalah pribadi Kristus sendiri di dalam diri para imam. Tapi beda ya dengan
Vicarius Filli Dei! Kalau yang itu entar aja deh bahasnya. Ok, back to topic!
Semnejak menerima sakramen imamat, seorang imam menerima mandat luar biasa dari
surga sendiri, bayangkan dari surga sendiri bukan dari rektor atau kepala
jurusan di kampus atau sekolah-sekolah tinggi. Buktinya? Silakan saja telaah
Alkitab perjanjian baru ketika Yesus bilang sama Petrus bahwa dia akan jadi
batu karang bagi umat Nya kalau bahasa kerennya sih Kefas.
Para imam yang
dilambangkan dengan 12 murid Yesus telah menerima kuasa khusus dari Allah dan
surga sendiri dimana mereka diberi kuasa mengusir roh-roh jahat, menyembuhkan
orang sakit, dan mengajari. Lho bukannya yang sudah dibaptis bisa mengusir
setan, bisa! Ada tapinya! Tapinya, nanti dijelasin di postingan yang lain.
Kuasa pastor juga memberikan sakramen kepada umat kecuali krisma dan imamat
hanya boleh diberikan oleh uskup setempat atau vikep (wakil keuskupan).
Dalam Gereja khususnya
di 5 perintah Gereja, kita dianjurkan menerima sakramen tobat
sekurang-kurangnya setahun sekali. Kenapa? Gak mungkin kan kalian gak berdosa
selama setahun itu? Wong orang kudus aja yang udah bergelar santo-santa punya
dosa, masa kita gak? Kalau kita merasa gak punya dosa berat yang perlu
diakukan, apakah perlu datang kepada pastor untuk meminta mengaku dosa? Kita
merasa boleh, tapi ada dosa yang paling awal yaitu dosa asal manusia yang perlu
kita minta ampun pada Tuhan Yesus Kristus.
Selain dengan pengakuan
dosa, ada gak cara lain? Ada! Tapi lebih ribet, panjang, dan pastinya mendorong
kalian untuk tidak berbuat dosa berat itu lagi, yaitu sesal sempurna. Dalam
sesal sempurna ini diwujudkan dalam perbuatan, perkataan, doa, dan keteguhan
kita. Dimana kita dituntut bertobat bukan karena takut masuk neraka (mendapat
hukuman) tapi karena kecintaan kita kepada Allah. Sesal sempurna ini dapat
menghilangkan dosa berat dan ringan. Namun ada lagi yang namanya sesal tidak
sempurna yaitu sesal yang berdasarkan ketakutan mendapat hukuman dari Allah
karena berbuat dosa. Dan orang-orang yang melakukan sesal tidak sempurna seharusnya
dan harus mengaku dosa segera mungkin kepada In Persona Christi. Tapi, Gereja
menganjurkan kita untuk mengaku dosa. Sebab kita tidak tahu apakah kita
melakukan sesal sempurna atau tidak. Hanya Tuhan yang tahu isi sesal kita.
Sebaiknya, mengaku dosalah dan jangan diulangi lagi.