Our Feeds

Friday, April 3, 2015

Catholic Youth Indonesia

DOSA

Dosa diumpamakan dengan berikut :
Saya punya racun dan saya berikan kepada 3 orang. Orang pertama menerima racun lalu memakannya. Sudah pasti keracunan karena tubuhnya memproses racun tersebut. Orang kedua menerima, memakan, namun karena dirasa tak enak, dilepehkan (dimuntahkan) kembali. Dan orang yang ketiga sama sekali tidak menerima malah pergi menjauh.
Manusia terkadang seperti orang yang pertama, sudah tahu salah, sudah tahu dosa, tetap dilakukan. Sehingga tubuh dan jiwanya tersiksa akibat ulah sendiri. Contoh : Korupsi suportif. Lho kok korupsi ada suportif-suportif segala? Ya emang ada! Atasan korupsi bawahan juga ikut. Itu dia, sudah tahu racun, tetap dimakan juga.
Tak jarang pula kita menjadi orang kedua. Namun biasanya, ada orang kedua yang cenderung ke orang pertama dan tak jarang juga orang kedua cenderung ke orang ketiga, kadar imannya bisa kita katakan setengah-setengah. Sudah tahu racun dimakan pula, gak enak, dilepehkan. Itu menandakan orang-orang yang cepat bertobat dan sadar akan kesalahan. Tapi ada orang yang sadar, namun sayang seribu sayang, tetap ditelan juga dengan alasan, “tanggung hihhihihi..... (ketawa gak bersalah)”
Type orang ketiga type yang paling sulit ditemukan zaman sekarang tapi tetap masih banyak peminatnya. Orang yang lebih milih madu ketimbang racun. Yailah udah kayak lagu aja :v orang-orang seperti inilah yang awalnya dijauhin orang lain tapi akhirnya duluan dapat mahkota dari Tuhan. Namun sayang, sedikit orang-orang seperti ini.
Dalam Alkitab dan Gereja diajarkan untuk menjadi murni. Murni dari tindakan kejahatan walau sering buat dosa terselubung misalnya ngintipin kucing tetangga mandi dan lain sebagainya. Dalam Gereja Katolik kita tercinta, kita difasilitasi untuk bermaaf-maafan dengan Allah (udah kayak lebaran aja) sehingga gak ada alasan kita untuk mati ‘selama-lamanya’ kalau perlu gak mati-mati tapi tersiksa –aishh kejamnya-. Dalam Alkitab kita juga diminta mengaku dosa. Kepada siapa? Masa kepada pastor/romo yang notabenenya seorang manusia biasa pendosa juga. Iya emang pendosa juga, tapi beliau-beliau kan In Persona Christi (ayo, apa masih ingat sama pelajaran seminari tingkat 3 kemarin?) Yapss.... In Persona Christi adalah pribadi Kristus sendiri di dalam diri para imam. Tapi beda ya dengan Vicarius Filli Dei! Kalau yang itu entar aja deh bahasnya. Ok, back to topic! Semnejak menerima sakramen imamat, seorang imam menerima mandat luar biasa dari surga sendiri, bayangkan dari surga sendiri bukan dari rektor atau kepala jurusan di kampus atau sekolah-sekolah tinggi. Buktinya? Silakan saja telaah Alkitab perjanjian baru ketika Yesus bilang sama Petrus bahwa dia akan jadi batu karang bagi umat Nya kalau bahasa kerennya sih Kefas.
Para imam yang dilambangkan dengan 12 murid Yesus telah menerima kuasa khusus dari Allah dan surga sendiri dimana mereka diberi kuasa mengusir roh-roh jahat, menyembuhkan orang sakit, dan mengajari. Lho bukannya yang sudah dibaptis bisa mengusir setan, bisa! Ada tapinya! Tapinya, nanti dijelasin di postingan yang lain. Kuasa pastor juga memberikan sakramen kepada umat kecuali krisma dan imamat hanya boleh diberikan oleh uskup setempat atau vikep (wakil keuskupan).
Dalam Gereja khususnya di 5 perintah Gereja, kita dianjurkan menerima sakramen tobat sekurang-kurangnya setahun sekali. Kenapa? Gak mungkin kan kalian gak berdosa selama setahun itu? Wong orang kudus aja yang udah bergelar santo-santa punya dosa, masa kita gak? Kalau kita merasa gak punya dosa berat yang perlu diakukan, apakah perlu datang kepada pastor untuk meminta mengaku dosa? Kita merasa boleh, tapi ada dosa yang paling awal yaitu dosa asal manusia yang perlu kita minta ampun pada Tuhan Yesus Kristus.

Selain dengan pengakuan dosa, ada gak cara lain? Ada! Tapi lebih ribet, panjang, dan pastinya mendorong kalian untuk tidak berbuat dosa berat itu lagi, yaitu sesal sempurna. Dalam sesal sempurna ini diwujudkan dalam perbuatan, perkataan, doa, dan keteguhan kita. Dimana kita dituntut bertobat bukan karena takut masuk neraka (mendapat hukuman) tapi karena kecintaan kita kepada Allah. Sesal sempurna ini dapat menghilangkan dosa berat dan ringan. Namun ada lagi yang namanya sesal tidak sempurna yaitu sesal yang berdasarkan ketakutan mendapat hukuman dari Allah karena berbuat dosa. Dan orang-orang yang melakukan sesal tidak sempurna seharusnya dan harus mengaku dosa segera mungkin kepada In Persona Christi. Tapi, Gereja menganjurkan kita untuk mengaku dosa. Sebab kita tidak tahu apakah kita melakukan sesal sempurna atau tidak. Hanya Tuhan yang tahu isi sesal kita. Sebaiknya, mengaku dosalah dan jangan diulangi lagi.

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »