Yang suka masakan Jepang, ayo tunjuk tangan!!
Pasti kenal dengan ebi (udang) tempura dong? Kebayang deh ebi tempura yang crispy dan gurih, apalagi jika dicelup saus shoyu-nya. Nah, tahukah kamu kalau tempura itu punya akar Katolik?
Pertama-tama, kita perlu memahami dulu tradisi Katolik
yang bernama Embertide atau Ember Days.
Empat kali dalam setahun, Gereja menetapkan tiga hari
khusus bagi umat beriman untuk berpuasa dan berpantang, serta memusatkan
perhatian lebih banyak kepada Allah. Rangkaian tiga hari ini adalah hariRabu,
Jumat, dan Sabtu. Rangkaian pertama jatuh pada musim dingin, setelah Pesta
Santa Lusia; rangkaian kedua jatuh pada musim semi, satu minggu setelah Rabu
Abu; rangkaian ketiga jatuh pada musim panas, setelah Minggu Pentakosta; dan
rangkaian keempat jatuh pada musim gugur, setelah Pesta Salib Suci. Ada sebuah
pantun pendek kuno dalam bahasa Latin untuk membantu mengingat hari-hari ini:
Sant Crux, Lucia, Cineres, Charismata Diaut sit in
angaria quarta sequens feria.
Yang kurang-lebih artinya:
Salib Suci, Lusia, Abu, Pentakostaempat hari yang
diikuti masa puasa.
Hari-hari pantang dan puasa ini didasarkan pada
Perjanjian Lama, yaitu: “Beginilah firman Tuhan semesta alam: Waktu puasa dalam
bulan yang keempat, dalam bulan yang kelima, dalam bulan yang ketujuh dan dalam
bulan yang kesepuluh akan menjadi kegirangan dan sukacita dan menjadi
waktu-waktu perayaan yang menggembirakan bagi kaum Yehuda. Maka cintailah
kebenaran dan damai!” (Zakharia 8:19)
Hari Rabu dipilih karena pada hari itulah Yesus dikhianati oleh Yudas Iskariot; hari Jumat karena pada hari itu Yesus disalib; dan hari Sabtu karena pada hari itu Yesus dimakamkan. Secara kolektif, rangkaian tersebut dinamakan Embertide, atau dalam bahasa Latin: “jejunia quattuor temporum” (puasa empat musim) atau “quattuor anni tempora” (empat musim dalam setahun).
Pada abad ke-16, tradisi puasa empat musim ini dibawa oleh misionaris Spanyol dan Portugis ke Jepang. Para misionaris kemudian mencari cara agar orang-orang Kristen Jepang dapat memasak sesuatu yang enak namun memenuhi kewajiban makan tanpa daging pada hari-hari tersebut. Mereka kemudian mencoba menggoreng udang dengan teknik deep-frying. Rupanya udang goreng tersebut populer di antara orang Jepang, yang kemudian mengembangkannya dengan hasil laut lain serta sayur-sayuran.
Jadi, nama “tempura” ternyata merupakan pelafalan orang Jepang atas kata Latin “tempora”, dari quattuor anni tempora, karena masakan udang goreng tersebut awalnya merupakan bagian dari masa puasa dan pantang Embertide Gereja Katolik.
Pantes ebi tempura enak ya, ada bau-bau Katoliknya sih!
Source : http://komkepbogor.com/2015/04/13/tahukah-kamu-masakan-tempura-punya-asal-usul-katolik-lho/
oleh Anna Elissa - Apr 13, 2015