Our Feeds

Monday, April 11, 2016

Catholic Youth Indonesia

Paus Santo Yulius I


Hari kelahiran Yulius tidak diketahui dengan pasti. Ia memimpin Gereja sebagai paus dari tahun 337 sampai wafatnya tahun 352 di Roma. Dalam masa kepemimpinannya, ia dikenal sebagai seorang paus yang dengan keras menentang para pemimpin Gereja Timur yang memberhentikan uskup-uskup yang ditahbiskan secara sah. Kecuali itu, ia pun menentang bidaah Arianisme dan pengikut-pengikutnya, terutama uskup-uskup yang terpengaruh oleh ajaran itu. Athanasius, Uskup Alexandria, Mesir adalah salah satu korban perlakuan pemimpin Gereja Timur yang arianis itu, karena ia menentang ajaran sesat Arianisme.
Ketika Athanasius berada di Konstatinopel menghadap kaisar untuk membela kebenaran iman, tahta keuskupannya diambil alih oleh Gregorius dari Kapadokia, Turki, seorang penganut Arianisme. Setelah dengan gigih mempertahankan ajaran iman di hadapan kaisar, Athanasius berangkat ke Roma untuk melaporkan peristiwa itu kepada Sri Paus Yulius. Yulius yang bertanggung jawab atas masalah itu segera mengadakan suatu konsili di Roma pada tahun 340. Ia mengundang seluruh uskup timur untuk menghadiri konsili tersebut. Tetapi undangan Yulius ditolak. Semua uskup timur bersikap keras terhadap Athanasius. Tanpa kehadiran uskup-uskup timur, Yulius bersama uskup lainnya meneguhkan hati Athanasius dan menyuruhnya kembali ke keuskupannya bersama Marcellus dari Ancyra, seorang uskup lain yang juga dipecat oleh penganut-penganut Arianisme. Untuk itu, Yulius mengirim sepucuk surat yang menegaskan bahwa Athanasius merupakan uskup yang sah di Alexandria kepada uskup-uskup pengikut Eusibius, Patriakh Konstantinopel yang Arianis. Untuk mendamaikan uskup-uskup barat dan uskup-uskup timur, Konstans (dari Barat) dan Konstansius (dari Timur) yang bersama-sama memangku jabatan penting dalam Kekaisaran Romawi mendesak para uskup itu agar berkumpul di Sardica, Bulgaria, guna membicarakan masalah pemecatan uskup-uskup yang sah itu. Yulius menyambu baik undangan tersebut dan mengirim utusan-utusannya pada tahun 343. Tapi uskup Arianis menolak menghadiri konsili Sardica. Mereka sebaliknya berkumpul di Philippolis, Thrasia (Yunani Utara). Disana mereka mengeluarkan suatu keputusan yang menghukum Athanasius dan Yulius dari Roma yang dianggap sebagai biang keladi semua kejahatan yang ada. Sementara itu para Uskup barat tetap bersidang di Sardica untuk menegakkan kembali keabsahan jabatan uskup-uskup yang dipecat oleh kaum Arian. Mereka pun meneguhkan kembali isi syahadat Nicea tanpa merubahnya, dan megancam tipu muslihat dari uskup-uskup Arian di pengadilan kekaisar. Sementara masalah ini belum tuntas, Gregorius dari Kapadokia meninggal dunia. Peristiwa ini menjadi peluang bagi Athanasius untuk menduduki kembali tahta keuskupan Alexandria pada tahun 346. Yulius mengirim surat kepada seluruh umat di Alexandria agar dengan sepenuh hati menerima kebali Athanasius sebagai uskup yang sah.

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »