Bacaan
I : Yesaya 40:1-5, 9-11
Bacaan
II : Titus 2:11-14; 3:4-7
Bacaan
Injil : Lukas 3:15-16, 21-22
Zaman
sekarang lagi nge-trend blusukan
ala-ala pemerintah. Mulai dari mengunjungi perumahan kumuh hingga mengunjungi
warga pesisir pantai. Ini dilakukan oleh kepala-kepala daerah karena mereka tak
mau hanya duduk dibalik meja sementara kabar yang sampai ke mejanya kabar baik
semua padahal kenyataannya di lapangan berbanding 180 derajat.
Berkaitan
dengan hal diatas, Allah juga ingin merasakan penderitaan manusia itu. Oleh
sebab itu Allah mengutus putraNya yang tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus. Namun
sebagai tanda kesolidaritasan Kristus, Ia rela memberi diriNya dibaptis agar
sama dengan manusia. Sama dengan manusia bukan berarti sama dalam hal dosa,
tapi sama-sama merasakan penderitaan dan kesulitan itu.
Ketika
Yesus selesai dibaptis, turunlah Roh Kudus atas diriNya. Ini menandakan
nyatalah karya keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus dan yang realistis
serta menjawab masalah kehidupan manusia sejati sehingga sanggup menyelami dan
berempati terhadap pergumulan manusia melawan dosa.
Oleh sebab itu, jangan
sekalipun ada dibenak kita untuk lari ke perdukunan, ilmu-ilmu yang tak sehat,
atau bahkan tuhan yang lain. Karena Yesus Kristus adalah Pemerintah yang ‘blusukan’ itu. Dia ikut merasakan
bagaimana penderitaan, pergumulan, dan kehidupan manusia melawan dosa. Maka
ketika kita bahkan sebelum kita berkeluh kesah kepadaNya, Kristus sudah tahu
maksud kita.